Setiap instrumen ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai
terbukti melalui kalibrasi dan atau pengujian bahwa instrumen ukur tersebut
memang baik. Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional
nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap
standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional maupun
internasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional dan bahan-bahan acuan
tersertifikasi.
Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan
antar nilai yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran atau sistem pengukuran,
atau yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui
yang berkaitan dari besaran yang diukur dengan kondisi tertentu.
Tujuan Kalibrasi
1. Mencapai ketertelusuran
pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang
lebih tinggi/teliti (standar primer nasional dan / internasional), melalui
rangkaian perbandingan yang tak terputus.
2. Menentukan
deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional penunjukan suatu instrument
ukur.
3. Menjamin
hasil-hsil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun Internasional.
Manfaat Kalibrasi
1. Menjaga kondisi
instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesefikasinya
2. Untuk mendukung
sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada peralatan laboratorium
dan produksi yang dimiliki.
3. Bisa mengetahui
perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh
alat ukur.
Prinsip Dasar Kalibrasi
1. Obyek Ukur (Unit
Under Test)
2. Standar
Ukur(Alat standar kalibrasi, Prosedur/Metrode standar (Mengacu ke standar
kalibrasi internasional atau prosedur yg dikembangkan sendiri oleh laboratorium
yg sudah teruji (diverifikasi))
3. Operator /
Teknisi ( Dipersyaratkan operator/teknisi yg mempunyai kemampuan teknis
kalibrasi (bersertifikat))
4. Lingkungan yg
dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol, Gangguan faktor lingkungan
luar selalu diminimalkan & sumber ketidakpastian pengukuran)
Hasil Kalibrasi antara lain:
1. Nilai Obyek Ukur
2. Nilai
Koreksi/Penyimpangan
3. Nilai
Ketidakpastian Pengukuran(Besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam
pengukuran, dievaluasi setelah ada hasil pekerjaan yang diukur & analisis
ketidakpastian yang benar dengan memperhitungkan semua sumber ketidakpastian
yang ada di dalam metode perbandingan yang digunakan serta besarnya kesalahan
yang mungkin terjadi dalam pengukuran)
4. Sifat metrologi
lain seperti faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.
Sudah merupakan suatu ketentuan bahwa setiap alat ukur
proteksi radiasi harus di kalibrasi secara periodik oleh instansi yang
berwenang. Hal ini dilakukan untuk menguji ketepatan nilai yang ditampilkan
alat terhadap nilai sebenarnya. Perbedaan nilai antara yang ditampilkan dan
yang sebenarnya harus dikoreksi dengan suatu parameter yang disebut sebagai
faktor kalibrasi ( Fk ). Dalam melakukan pengukuran, nilai yang ditampilkan
alat harus dikalikan dengan faktor kalibrasinya. Secara ideal, faktor kalibrasi
ini bernilai satu, akan tetapi pada kenyataannya tidak banyak alat ukur yang
mempunyai faktor kalibrasi sama dengan satu. Nilai yang masih dapat 'diterima'
berkisar antara 0,8 sampai dengan Faktor Kalibrasi dapat dihitung dengan persamaan
berikut.
Dimana Ds adalah nilai
dosis sebenarnya, sedangkan Du adalah nilai yang ditampilkan alat ukur.
Terdapat dua metode untuk melakukan kalibrasi yaitu:
1. Menggunakan
sumber radiasi standar
2. Menggunakan
alat ukur standar
Cara pertama, alat ukur diletakkan pada jarak tertentu,
misalnya 1 m, dari sumber standar yang telah diketahui jenis nuklida maupun
aktivitasnya. Dosis paparan yang mengenai survaimeter (Ds) ditentukan
berdasarkan perhitungan. Cara kedua, alat ukur yang akan dikalibrasi dan alat
ukur standar diletakkan pada jarak yang sama dari suatu sumber, sehingga dosis
radiasi yang mengenai dua alat ukur tersebut sama. Nilai dosis radiasi yang
ditampilkan oleh alat ukur standar dianggap sebagai dosis sebenarnya ( Ds ).
Tanggapan atau respon suatu alat ukur terhadap dosis radiasi
ternyata berbeda untuk energi radiasi yang berbeda. Setiap alat ukur seharusnya
dikalibrasi dengan sumber yang mempunyai tingkat energi yang 'sama' dengan
tingkat energi radiasi yang digunakan di lapangan. Perbedaan respon tersebut
sangat “significant” pada rentang energi di bawah 200 keV seperti terlihat pada
Gambar IV.5 berikut. Pada rentang energi di atas 500 keV, perbedaan responnya
sudah tidak terlalu besar.
Kalibrasi Alat Semprot
Suatu percobaan untuk menghitung volume semprot yang
dibutuhkan untuk menyemprot suatu areal tertentu.
1. Mengukur
lebar semprotan misal : a meter
2. Mengukur
kecepatan jalan Buat awal jalan lalu laksanakan
3. Penyemprotan
selama ¹menit lalu ukur brp jaraknya, misal : b meter.
4. Ukur
kecepatan aliran
5. Isi knap sack
dengan air bersih, pompa sampai 8x agar tekanan menjadi ¹atm. Semprotkan ¹menit
dan air ditampung. Misal : c ltr/mnt
Perhitungan:
Luas areal yang disemprot/menit : kecepatan jalan x lebar
semprot : bxc m2/mnt.
Kalibrasi dalam pH
meter
Instrumen pHmeter adalah peralatan laboratorium yang digunakan
untuk menentukan pH atau tingkat keasaman dari suatu sistem larutan. (Beran,
1996). Tingkat keasaman dari suatu zat, ditentukan berdasarkan keberadaan
jumlah ion hidrogen dalam larutan.
Penentuan kalibrasinya dapat dilakukan dengan cara:
1. Teknik satu
titik, yaitu pada sekitar pH yang akan diukur, yakni kalibrasi dengan buffer
standar pH 4,01 untuk sistem asam, buffer standar pH 7,00 untuk sistem netral,
dan buffer standar pH 10,01 untuk sistem basa.
2. Teknik dua
titik (diutamakan)Apabila sistem bersifat asam, maka digunakan 2 buffer standar
berupa pH 4,01 dan 7,00 Apabila sistem bersifat basa, digunakan 2 buffer
standar berupa pH 7,00 dan 10,01.
3. Teknik multi
titik Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan 3 buffer standar. Untuk sistem
dengan pH < 2,00 atau > 12,00, sering terjadi ketidaknormalan elektroda,
kelemahan ini dipengaruhi oleh jenis alat yang digunakan. Untuk pengukuran yang
dilakukan dalam waktu yang lama, maka diperlukan proses kalibrasi secara
periodik selang 1,5 – 2 jam. Hal ini untuk menjaga kestabilan dari alat pHmeter
yang digunakan, sehingga tetap dapat diperoleh hasil pengukuran yang bagus.
Untuk keperluan kalibrasi ini dapat menggunakan buffer pH yang ada di pasaran,
skala yang biasa digunakan adalah: pH = 4,01 merah; pH = 7,00 hijau; pH = 10,00
biru.
Praktikum kali ini mengenai konsep temperatur dan hukum
termodinamika ke-nol. Pada praktikum kali ini praktikan melakukan dua
pengamatan yaitu perubahan fase dan kalibrasi. Pengamatan dilakukan oleh lima
kelompok, diperoleh hasil yang berbeda-beda dari massa es yang sama (135 gram)
dan peralan yang sama. Hal tersebut dikarenakan, ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi hasil dari praktikum. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
praktikum diantaranya adalah angin (kondisi lingkungan), besar kecilnya sumbu
bunsen, keakuratan alat ukur (termometer), ketelitian praktikan dalam pencatatan
data. Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi hasil data praktikum, misalnya saja
ketika sedang ada angin maka sumbu bunsen dapat tertiup angin hal ini dapat
mempengaruhi besar kecilnya nyala api. Besar kecilnya nyala api sangat
berpengaruh dengan perubahan fase yang sedang kita amati, semakin besar nyala
sumbu bunsen semakin cepat fase berubah.
Hukum termodinamika ke-nol berbunyi sebagai berikut “Ketika
dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sisitem ke tiga, maka ketiganya dapat
saling setimbang satu sama lain”. Untuk lebih memahami tentang isi hukum
termodinamika ke -nol, maka bunyi hukum ini dapat ditulis ulang dengan
kata-kata yang lebih sederhana yaitu
Jika benda A mempunyai temperatur yang sama dengan benda B dan benda B
mempunyai temperatur yang sama dengan benda C maka temperatur benda A akan sama
dengan temperatur benda C atau disebut ketiga benda (benda A, B dan C) berada
dalam kondisi kesetimbangan termal.
Fase adalah kuantitas zat yang mempunyai struktur fisiska dan
komposisi kimia yang seragam. Struktur fisika dikatakan seragam apabila zat
terdiri dari gas saja, cair saja atu padat saja. Komposisi kimia dikatakan
seragam apabila suatu zat hanya terdiri dari suatu bahan kimia yang dapat
berbentuk padat, cair atau gas atau campuran dari dua atau tiga bentuk itu. Zat
murni mempunyai komposisi kimia yang seragam dan tidak berubah. Zat murni dapat
berbeda dalam beberapa fase:
1. Fase padat
biasanya dikenal denga es
2. Fase cair
3. Fae uap
4. Campuran
Kesetimbangan fase cair dan uap
5. Campuran
kesetimbangan fase padat dan cair
6. Campuran
kesetimbangan fase padat dan uap
Zat murni kebanyakan mengandung lebih dari satu fase, tetapi
komposisi kimianya sama untuk semua fase. Cairan air, campuran dari cairan air
dan uap air atau campuran es dan cairan air adalah zat murni karena setiap fase
mempunyai komposisi kimia yang sama yaitu H2O.
Perubahan fase zat H2O merupakan salah satu bentuk penyesuaian
H2O dengan suhu dari benda lain yang berkontak langsung dengan H2O tersebut
untuk menciptakan kesetimbangan energi kalor.
Kalor dapat berpindah dari satu benda ke benda yang lainnya.
Kalor berpindah dari benda yang memiliki kalor lebih besar ke benda yang
memiliki kalor lebih kecil. Kalor juga didefinisikan sebagai fluida yang tidak
kelihatan. Karena sebagai fluida, maka kalor dapat mengalir. Hal yang
menyebabkan kalor mengalir adalah beda temperatur benda. Kalor mengalir dari
benda atau reservoir yang memiliki
temperatur yang lebih tinggi ke benda atau reservoir yang memiliki temperatur
lebih rendah.
Faktir-faktor yang mempengaruhi laju kalor :
1. Beda suhu, beda suhu akan sangat berpengaruh pada besar
kecilnya kalor.
2. Ketebalam dinding,
makin tebal dinding, makin pelan perpindahan kalor.
3. Luas permukaan, makin luas permukaan makin cepat
perpindahan kalor.
4. Konduktivitas termal zat, merupakan kemampuan zat
menghantarkn kalor, makin besar nilai k, makin cepat perpindahan kalor.
Berikut
beberapa contoh aplikasi termodinamika yang biasa digunakan dalam kehidupan
sehari-hari :
1. Air Conditioner (AC)
Sistem kerja AC terdiri dari bagian yang berfungsi untuk
menaikkan dan menurunkan tekanan supaya penguapan dan penyerapan panas dapat
berlangsung.
Kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai
alat untuk memampatkan fluida kerja (refrigent), jadi refrigent yang masuk ke
dalam kompresor dialirkan ke kondenser yang kemudian dimampatkan di kondenser.
2. Pendinginan Air
dengan Sistem Refrigran
Pendinginan air pada dispenser menggunakan sistem refrigran
sama seperti sistem refrigran pada kulkas hanya saja evaporatornya dimasukkan
kedalam tampungan air kedua yang berada dibawah tampungan air pertama, sehingga
air disekitar evapurator akan menjadi air dingin. Hasil pendinginan air pada
dispenser menggunakan sistem refrigran lebih maksimal dibandingkan pendinginan
air menggunakan fan. Setelah air melalui proses pendinginan pada tampungan air
kedua, air akan mengalir dan keluar memalui keran.
3. Rice Cooker
Pada rice cooker, energi panas ini dihasilkan dari energi
listrik. Suatu cairan akan menguap bila tekanan uap gas yang berasal dari
cairan adalah sama dengan tekanan dari cairan ke sekitarnya (Puap = Pcair).
Jadi, titik didih suatu cairan sebenarnya bisa dimanipulasi dengan meningkatkan
tekanan di luar cairan (tekanan eksternal). Pada penanak nasi biasa, air akan
dididihkan dengan tekanan eksternal biasa, yaitu 101 kPa, dan mendidih pada
titik didih biasa, yaitu 100°C (373 K).
Setiap instrumen ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai
terbukti melalui kalibrasi dan atau pengujian bahwa instrumen ukur tersebut
memang baik. Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional
nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap
standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional maupun
internasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional dan bahan-bahan acuan
tersertifikasi.
Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan
antar nilai yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran atau sistem pengukuran,
atau yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui
yang berkaitan dari besaran yang diukur dengan kondisi tertentu.
Tujuan Kalibrasi
1. Mencapai ketertelusuran
pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang
lebih tinggi/teliti (standar primer nasional dan / internasional), melalui
rangkaian perbandingan yang tak terputus.
2. Menentukan
deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional penunjukan suatu instrument
ukur.
3. Menjamin
hasil-hsil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun Internasional.
Manfaat Kalibrasi
1. Menjaga kondisi
instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesefikasinya
2. Untuk mendukung
sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada peralatan laboratorium
dan produksi yang dimiliki.
3. Bisa mengetahui
perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh
alat ukur.
Prinsip Dasar Kalibrasi
1. Obyek Ukur (Unit
Under Test)
2. Standar
Ukur(Alat standar kalibrasi, Prosedur/Metrode standar (Mengacu ke standar
kalibrasi internasional atau prosedur yg dikembangkan sendiri oleh laboratorium
yg sudah teruji (diverifikasi))
3. Operator /
Teknisi ( Dipersyaratkan operator/teknisi yg mempunyai kemampuan teknis
kalibrasi (bersertifikat))
4. Lingkungan yg
dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol, Gangguan faktor lingkungan
luar selalu diminimalkan & sumber ketidakpastian pengukuran)
Hasil Kalibrasi antara lain:
1. Nilai Obyek Ukur
2. Nilai
Koreksi/Penyimpangan
3. Nilai
Ketidakpastian Pengukuran(Besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam
pengukuran, dievaluasi setelah ada hasil pekerjaan yang diukur & analisis
ketidakpastian yang benar dengan memperhitungkan semua sumber ketidakpastian
yang ada di dalam metode perbandingan yang digunakan serta besarnya kesalahan
yang mungkin terjadi dalam pengukuran)
4. Sifat metrologi
lain seperti faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.
Sudah merupakan suatu ketentuan bahwa setiap alat ukur
proteksi radiasi harus di kalibrasi secara periodik oleh instansi yang
berwenang. Hal ini dilakukan untuk menguji ketepatan nilai yang ditampilkan
alat terhadap nilai sebenarnya. Perbedaan nilai antara yang ditampilkan dan
yang sebenarnya harus dikoreksi dengan suatu parameter yang disebut sebagai
faktor kalibrasi ( Fk ). Dalam melakukan pengukuran, nilai yang ditampilkan
alat harus dikalikan dengan faktor kalibrasinya. Secara ideal, faktor kalibrasi
ini bernilai satu, akan tetapi pada kenyataannya tidak banyak alat ukur yang
mempunyai faktor kalibrasi sama dengan satu. Nilai yang masih dapat 'diterima'
berkisar antara 0,8 sampai dengan Faktor Kalibrasi dapat dihitung dengan persamaan
berikut.
Dimana Ds adalah nilai
dosis sebenarnya, sedangkan Du adalah nilai yang ditampilkan alat ukur.
Terdapat dua metode untuk melakukan kalibrasi yaitu:
1. Menggunakan
sumber radiasi standar
2. Menggunakan
alat ukur standar
Cara pertama, alat ukur diletakkan pada jarak tertentu,
misalnya 1 m, dari sumber standar yang telah diketahui jenis nuklida maupun
aktivitasnya. Dosis paparan yang mengenai survaimeter (Ds) ditentukan
berdasarkan perhitungan. Cara kedua, alat ukur yang akan dikalibrasi dan alat
ukur standar diletakkan pada jarak yang sama dari suatu sumber, sehingga dosis
radiasi yang mengenai dua alat ukur tersebut sama. Nilai dosis radiasi yang
ditampilkan oleh alat ukur standar dianggap sebagai dosis sebenarnya ( Ds ).
Tanggapan atau respon suatu alat ukur terhadap dosis radiasi
ternyata berbeda untuk energi radiasi yang berbeda. Setiap alat ukur seharusnya
dikalibrasi dengan sumber yang mempunyai tingkat energi yang 'sama' dengan
tingkat energi radiasi yang digunakan di lapangan. Perbedaan respon tersebut
sangat “significant” pada rentang energi di bawah 200 keV seperti terlihat pada
Gambar IV.5 berikut. Pada rentang energi di atas 500 keV, perbedaan responnya
sudah tidak terlalu besar.
Kalibrasi Alat Semprot
Suatu percobaan untuk menghitung volume semprot yang
dibutuhkan untuk menyemprot suatu areal tertentu.
1. Mengukur
lebar semprotan misal : a meter
2. Mengukur
kecepatan jalan Buat awal jalan lalu laksanakan
3. Penyemprotan
selama ¹menit lalu ukur brp jaraknya, misal : b meter.
4. Ukur
kecepatan aliran
5. Isi knap sack
dengan air bersih, pompa sampai 8x agar tekanan menjadi ¹atm. Semprotkan ¹menit
dan air ditampung. Misal : c ltr/mnt
Perhitungan:
Luas areal yang disemprot/menit : kecepatan jalan x lebar
semprot : bxc m2/mnt.
Kalibrasi dalam pH
meter
Instrumen pHmeter adalah peralatan laboratorium yang digunakan
untuk menentukan pH atau tingkat keasaman dari suatu sistem larutan. (Beran,
1996). Tingkat keasaman dari suatu zat, ditentukan berdasarkan keberadaan
jumlah ion hidrogen dalam larutan.
Penentuan kalibrasinya dapat dilakukan dengan cara:
1. Teknik satu
titik, yaitu pada sekitar pH yang akan diukur, yakni kalibrasi dengan buffer
standar pH 4,01 untuk sistem asam, buffer standar pH 7,00 untuk sistem netral,
dan buffer standar pH 10,01 untuk sistem basa.
2. Teknik dua
titik (diutamakan)Apabila sistem bersifat asam, maka digunakan 2 buffer standar
berupa pH 4,01 dan 7,00 Apabila sistem bersifat basa, digunakan 2 buffer
standar berupa pH 7,00 dan 10,01.
3. Teknik multi
titik Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan 3 buffer standar. Untuk sistem
dengan pH < 2,00 atau > 12,00, sering terjadi ketidaknormalan elektroda,
kelemahan ini dipengaruhi oleh jenis alat yang digunakan. Untuk pengukuran yang
dilakukan dalam waktu yang lama, maka diperlukan proses kalibrasi secara
periodik selang 1,5 – 2 jam. Hal ini untuk menjaga kestabilan dari alat pHmeter
yang digunakan, sehingga tetap dapat diperoleh hasil pengukuran yang bagus.
Untuk keperluan kalibrasi ini dapat menggunakan buffer pH yang ada di pasaran,
skala yang biasa digunakan adalah: pH = 4,01 merah; pH = 7,00 hijau; pH = 10,00
biru.
Praktikum kali ini mengenai konsep temperatur dan hukum
termodinamika ke-nol. Pada praktikum kali ini praktikan melakukan dua
pengamatan yaitu perubahan fase dan kalibrasi. Pengamatan dilakukan oleh lima
kelompok, diperoleh hasil yang berbeda-beda dari massa es yang sama (135 gram)
dan peralan yang sama. Hal tersebut dikarenakan, ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi hasil dari praktikum. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
praktikum diantaranya adalah angin (kondisi lingkungan), besar kecilnya sumbu
bunsen, keakuratan alat ukur (termometer), ketelitian praktikan dalam pencatatan
data. Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi hasil data praktikum, misalnya saja
ketika sedang ada angin maka sumbu bunsen dapat tertiup angin hal ini dapat
mempengaruhi besar kecilnya nyala api. Besar kecilnya nyala api sangat
berpengaruh dengan perubahan fase yang sedang kita amati, semakin besar nyala
sumbu bunsen semakin cepat fase berubah.
Hukum termodinamika ke-nol berbunyi sebagai berikut “Ketika
dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sisitem ke tiga, maka ketiganya dapat
saling setimbang satu sama lain”. Untuk lebih memahami tentang isi hukum
termodinamika ke -nol, maka bunyi hukum ini dapat ditulis ulang dengan
kata-kata yang lebih sederhana yaitu
Jika benda A mempunyai temperatur yang sama dengan benda B dan benda B
mempunyai temperatur yang sama dengan benda C maka temperatur benda A akan sama
dengan temperatur benda C atau disebut ketiga benda (benda A, B dan C) berada
dalam kondisi kesetimbangan termal.
Fase adalah kuantitas zat yang mempunyai struktur fisiska dan
komposisi kimia yang seragam. Struktur fisika dikatakan seragam apabila zat
terdiri dari gas saja, cair saja atu padat saja. Komposisi kimia dikatakan
seragam apabila suatu zat hanya terdiri dari suatu bahan kimia yang dapat
berbentuk padat, cair atau gas atau campuran dari dua atau tiga bentuk itu. Zat
murni mempunyai komposisi kimia yang seragam dan tidak berubah. Zat murni dapat
berbeda dalam beberapa fase:
1. Fase padat
biasanya dikenal denga es
2. Fase cair
3. Fae uap
4. Campuran
Kesetimbangan fase cair dan uap
5. Campuran
kesetimbangan fase padat dan cair
6. Campuran
kesetimbangan fase padat dan uap
Zat murni kebanyakan mengandung lebih dari satu fase, tetapi
komposisi kimianya sama untuk semua fase. Cairan air, campuran dari cairan air
dan uap air atau campuran es dan cairan air adalah zat murni karena setiap fase
mempunyai komposisi kimia yang sama yaitu H2O.
Perubahan fase zat H2O merupakan salah satu bentuk penyesuaian
H2O dengan suhu dari benda lain yang berkontak langsung dengan H2O tersebut
untuk menciptakan kesetimbangan energi kalor.
Kalor dapat berpindah dari satu benda ke benda yang lainnya.
Kalor berpindah dari benda yang memiliki kalor lebih besar ke benda yang
memiliki kalor lebih kecil. Kalor juga didefinisikan sebagai fluida yang tidak
kelihatan. Karena sebagai fluida, maka kalor dapat mengalir. Hal yang
menyebabkan kalor mengalir adalah beda temperatur benda. Kalor mengalir dari
benda atau reservoir yang memiliki
temperatur yang lebih tinggi ke benda atau reservoir yang memiliki temperatur
lebih rendah.
Faktir-faktor yang mempengaruhi laju kalor :
1. Beda suhu, beda suhu akan sangat berpengaruh pada besar
kecilnya kalor.
2. Ketebalam dinding,
makin tebal dinding, makin pelan perpindahan kalor.
3. Luas permukaan, makin luas permukaan makin cepat
perpindahan kalor.
4. Konduktivitas termal zat, merupakan kemampuan zat
menghantarkn kalor, makin besar nilai k, makin cepat perpindahan kalor.
Berikut
beberapa contoh aplikasi termodinamika yang biasa digunakan dalam kehidupan
sehari-hari :
1. Air Conditioner (AC)
Sistem kerja AC terdiri dari bagian yang berfungsi untuk
menaikkan dan menurunkan tekanan supaya penguapan dan penyerapan panas dapat
berlangsung.
Kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai
alat untuk memampatkan fluida kerja (refrigent), jadi refrigent yang masuk ke
dalam kompresor dialirkan ke kondenser yang kemudian dimampatkan di kondenser.
2. Pendinginan Air
dengan Sistem Refrigran
Pendinginan air pada dispenser menggunakan sistem refrigran
sama seperti sistem refrigran pada kulkas hanya saja evaporatornya dimasukkan
kedalam tampungan air kedua yang berada dibawah tampungan air pertama, sehingga
air disekitar evapurator akan menjadi air dingin. Hasil pendinginan air pada
dispenser menggunakan sistem refrigran lebih maksimal dibandingkan pendinginan
air menggunakan fan. Setelah air melalui proses pendinginan pada tampungan air
kedua, air akan mengalir dan keluar memalui keran.
3. Rice Cooker
Pada rice cooker, energi panas ini dihasilkan dari energi
listrik. Suatu cairan akan menguap bila tekanan uap gas yang berasal dari
cairan adalah sama dengan tekanan dari cairan ke sekitarnya (Puap = Pcair).
Jadi, titik didih suatu cairan sebenarnya bisa dimanipulasi dengan meningkatkan
tekanan di luar cairan (tekanan eksternal). Pada penanak nasi biasa, air akan
dididihkan dengan tekanan eksternal biasa, yaitu 101 kPa, dan mendidih pada
titik didih biasa, yaitu 100°C (373 K).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar